PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN
MAKALAH
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Perencanaan Pembelajaran
Dosen pengampu: Kiky
Chandra Silvia Anggraini, M.Pd

Oleh:
Kelompok 4
Hasry
Ersyada (151610020)
Nur
Hidayatus Sholihatun N (151610032)
Sabilla
Irwina Safitri (151610044)
M
Rifa Khotibul Umam (151610050)
Semester 2
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH(PGMI)
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “PENGEMBANGAN
MATERI PEMBELAJARAN”
Maksud dan
tujuan dari penulisan makalah ini
tidaklah lain untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar pendidikan yang di
bina oleh Kiky Chandra Silvia Anggraini, M.Pd Pada kesempatan ini, penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kiky
Chandra Silvia Anggraini, M.Pd selaku dosen yang mengajar mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena penulis masih dalam tahap
belajar. Oleh
karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Lamongan, 10 Oktober 2017
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan
Penulisan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.
Hakikat
Materi Pembelajaran
........................................................................ 3
2.
Kriteria
pemilihan materi pelajaran................................................................ 5
3.
Identifikasi
Satuan Bahasan.......................................................................... 7
4.
Sumber
materi pembelajaran.......................................................................... 8
5.
Pengemasan
Materi Pembelajaran
................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................................. 13
B. Saran.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan
bahan ajar digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi
isi dan strategi pembelajaran. Pengembangan bahan ajar sebagai pemahaman tentang
desain pernbelajaran. Selain itu, pengembangan bahan ajar mempertimbangkan sifat
materi ajar, jumlah peserta didik, dan ketersediaan materi. Pengembangan bahan
ajar mengunakan prinsip luwes. Prinsip luwes artinya dapat menerima hal-hal
baru yang belum tercakup dalam isi mata pelajaran pada saat pengimplementasiannya.
Prinsip luwes siswa mampu menerima hal-hal baru dalam isi mata pelajaran yang
belum tercakup pada bahan ajar yang disampaikan oleh guru.
Pengembangan bahan ajar yang menyenangkan dan
menanamkan nilai-nilai moral untuk peserta didik sangat diperlukan. Hal ini
untuk meningkatkan kualitas peserta didik dalam ranah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang menjadi inti dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013
yang berbasis teks, dijadikan pendidik untuk mengembangkan dan menyusun bahan
ajar yang berkualitas, bervariasi, dan tetap mempertahankan aspek-aspek dasar
dalam kurikulum 2013. Berbasis teks, peserta didik dituntut untuk aktif
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan hal-hal yang
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Teks tersebut digunakan oleh
pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang berkualitas serta mampu menanamkan
nilai-nilai moral yang baik.
Bahan
ajar sebagai komponen dalam kurikulum yang akan disampaikan kepada siswa.
Komponen yang berperan sebagai materi pembelajaran, ketika proses pembelajaran.
Materi pembelajaran tersebut disusun dalam silabus untuk mempermudah pelaksanaan
pembelajaran. Materi pembelajaran terlebih duhulu dikembangkan, sehingga
lengkap dan siap digunakan sebagai bahan ajar.
Guru
ketika menyampaikan pembelajaran, terlebih dahulu menguasai tentang cara
menyampaikan materi dengan baik. Supaya materi pembelajaran dipahami siswa,
maka guru melakukan organisasi materi pembelajaran sebelum melaksanakan
pembelajaran di kelas. Sebagai pendidik yang profesional, guna bahan individu
mempersiapkan metode, media, dan materi pembelajaran difokuskan untuk kepentingan
proses belajar mengajar. Ketika proses belajar mengajar, Guru mengarahkan dan
membimbing siswa supaya aktif, sehingga tercipta interaksi yang baik antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.
Manfaat
arahan dan pembelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa untuk menguasai
materi, juga memberi pemahaman dan penguasaan kepada siswa tentang tema.
Manfaat bimbingan pembelajaran agar siswa mampu menyelesaikan masalah. Masalah
yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, memilih bahan ajar,
menentukan bahan ajar, dan materi pembelajaran yang sesuai dalam rangka
membantu siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
dalam mencapai kompetensi, kurikulum atau silabus dan materi bahan ajar hanya
dituliskan secara garis besar dalam bentuk materi pokok. Tugas Guru untuk
menjabarkan materi pokok tersebut, sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap.
Keberhasilan
dalam proses pembelajaran ditentukan oleh pendidik yang profesional, input yang
baik, dan fasilitas, fasilitas seperti gedung sekolah, alat-alat pengajaran,
dan perpustakaan. Pemilihan bahan ajar yang tepat dan berkualitas sangat
penting. Sebagai seorang pendidik memilih bahan ajar yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
Hakikat Materi Pembelajaran?
2.
Bagaimana
kriteria pemilihan materi pelajaran?
3.
Bagaimana
Identifikasi Satuan Bahasan?
4.
Apa
saja Sumber Materi Pembelajaran?
5.
Bagaimana
Pengemasan Materi Pembelajaran?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui hakikat materi pembelajaran
2.
Untuk
mengetahui kriteria pemilihan materi pelajaran
3.
Untuk
mengetahui Identifikasi Satuan Bahasan
4.
Untuk
mengetahui Sumber Materi Pembelajaran
5.
Untuk
mengetahui Pengemasan Materi Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Materi Pembelajaran
Bahan atau materi pelajaran (learning
materials) adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus
dikuasai oleh siswa sesuai dengan kopetensi dasar dalam rangka pencapaian
standar kopetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu.
Materi pelajaran bagaian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam
pengajaran yang berpusat pada materi pembelajaran (subject- centered
teaching), materi pengajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran.
Menurut subject centered teaching keberhasilan suatu proses pembelajaran
ditentukan oleh seberapa banyak siswa dapat menguasai materi kurikulum.
Materi pembelajaran dapat dibedakan
menjadi: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap
(attitude). Pengetahuan menunjukkan pada informasi yang disimpan dalam
pikiran (mind) siswa, dengan demikian pengetahuan berhubungan dengan
informasi yang harus dihafal dan dikuasai oleh siswa, sehingga manakala
diperlukan siswa dalam mengungkapkan kembali. Keterampilan (skill)
menunjuk pada tindakan-tindakan ( fisik dan non fisik) yang di lakukan
seseorang dengan cara yang kompeten untuk mencapai tujuan tertentu. Sikap
menunjuk pada kecenderungan seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan
norma yang diyakini kebenarannya oleh siswa.
Merril (1997), membedakan isi materi
pelajaran menjadi empat yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Fakta
adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya dapat di
tangkap oleh panca indra. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
data-data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang terjadi yang
dapat di uji atau di observasi. Ibu kota adalah Jakarta, merupakan suatu fakta,
karna memang pada kenyataanya demikian. Demikian juga halnya, dengan manusia
berjalan dengan kakinya, merupakan suatu fakta yang dapat di rasakan dan dapat
di indra. Fakta merupakan materi pelajaran yang paling sederhana, karna materi
ini sifatnya hanya mengingat hal yang spesifik.[1]
Konsep adalah abstraksi kesamaan
atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat. Suatu konsep memiliki
bagian yang dinamakan atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki suatu
konsep. Gabungan dari berbagai atribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep
dengan konsep lainnya. Contoh anak laki-laki merupakan suatu konsep, yang
memiliki atribut tertentu yang berbeda dengan atribut yang dimiliki oleh konsep
“anak perempuan” : “pasar” merupakan suatu konsep yang memiliki atribut-atribut
tertentu yang berbeda dengan atribut yang dimiliki ole konsep “kompleks
perumahan”. Dengan demikian pemahaman tentang konsep harus didahului dengan
pemahaman tentang data dan fakta, sebab atribut itu sendiri pada dasarnya
adalah sejumlah fakta yang terkandung dalam objek.
Prosedur adalah materi pelajaran
yang berhubungan dengan kemampuan siswa untuk menjelaskan langkah-langkah
secara sistematis tentang sesuatu. Misalnya, prosedur tentang langkah-langkah
melakukan suatu percobaan, langkah-langkah membuat suatu karangan, dan lain
sebagainya.
Hubungan antara dua orang atau lebih
konsep yang sudah teruji secara empiris dinamakan generalisasi yang selanjutnya
dapat di Tarik kedalam prinsip. Contoh prinsip tentang ketertiban lalu lintas,
prinsip tentang kesejahteraan social, prinsip tentang penguapan, prinsip
tentang radiasi, dan lain sebagainya. Materi pelajaran tentang prinsip akan
lebih sulit di bandingkan dengan fakta, atau konsep. Sebab seseorang akan dapat
menarik suatu prinsip apabila sudah memahami berbagai fakta dan konsep yang
relevan.
Disamping jenis diatas, ada juga
jenis materi pelajaran yang disebut dengan keterampilan. Keterampilan adalah
pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang memerlukan manipulasi dan
koordinasi informasi. Keterampilan dapat di bedakan dalam dua bentuk, yaitu
keterampilan intelektual dan keterampilan fisik. Keterampilan intelektual
adalah keterampilan berpikir melalui usaha menggalih, menyusun dan menggunakan
berbagai informasi, baik berupa data, fakta, konsep, atau prinsip dan teori.
Contohnya adalah keterampilan memecahkan masalah melalui langah-langkah yang
sistematis, keterampilan mengevaluasi suatu program atau mengevaluasi suatu
objek, keterampilan menyusun program kegiatan, keterampilan membuat perencanan
dan lain sebagainya. keterampilan fiik adalah keterampilan motorik seperti
keterampilan mengoperasikan komputer, keterampilan mengemudi, keterampilan
memperbaiki suatu alat,dan lain sebagainya.[2]
Menurut Hilda Tabah (1962), bahan
atau materi pelajaran dapat digolongkan menjadi empat tingkatan, yakni fakta
khusus, ide-ide pokok, konsep, dan system berpikir. Fakta khusus adalah bentuk
materi kurukulum yang sangat sederhana. Fakta khusus ini biasanya merupakan
informasi yang tingkat kegunaannya paling rendah. Misalnya, penduduk miskin di
Jawa barat berkisar antara 1 sampai 1,2 juta jiwa. Penduduk Jawa barat biasanya
menggunakan waktu untuk membaca antara 30 sampai 45 menit setiap hari. Ide-ide
pokok bisa berupa prinsip atau generalisasi memahami ide pokok, memungkinkan
kita bisa menjelaskan sejumlah gejala spesifik atau sejumlah materi pengajaran.
Konsep menurut Hilda Tabah lebih
tinggi tingkatannya dngan ide pokok. Memahami konsep berati memahami sesuatu
yang abstrak sehingga mendorong anak untuk berpikir lebih mendalam. Konsep akan
muncul dalam berbagai konteks, sehingga pemahaman konsep akan terkait dengan
berbagai situasi, misalnya konsep tentang kemiskinan, kebudayaan, perubahan
social, dan lain sebagainya.
System berpikir berhubungan dengan
kemampuan untuk memecahkan masalah secara empiris, sistematis dan terkontrol
yang kemudian dinamakan berpikir ilmiah. Setiap disiplin ilmu memiliki system
berpikir yang tidak sama. Oleh sebab itu, materi tentang system berpikir erat
kaitannya dengan struktur keilmuan.
Dari berberapa pendapat yang
dikemukakan para ahli maka materi pelajaran pada hakikatnya bisa berupa fakta,
konsep, prosedur, prinsip dan keterampilan. Untuk memudahkan pemahaman kita
tentang jenis materi pelajaran, maka anda dapat mengikuti flow chart tersebut.[3]
B.
Kriteria pemilihan materi pelajaran
Materi pelajaran berada dalam ruang
lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus
sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi
kurikulum bidang study bersangkutan. Kriteria pemilihan materi pelajaran yang
akan dikembangkan dalam system instruksional dan yang mendasari penentuan
strategi belajar mengajar:[4]
1.
Kriteria
tujuan instruksional
Suatu
materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional
khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya
sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
2.
Materi
pelajaran supaya terjabar
Peincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap
TIK telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Ini berarti
terdapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi
pelajaran
3.
Relevan
dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang
berdasarkan potensi yang dimilikiya. Karena setiap materi pelajaran yang akan
disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa
secara bulat dan utuh. Beberapa aspek diantaranya adalah pengetahuan sikap,
nilai, dan ketrampilan
4.
Kesesuaian
dengan kondisi masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan
mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, materi pelajaran yang dimiliki hendaknya
turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi
perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah menyesuikan diri.
5.
Materi
pelajaran mengandung segi-segi etik
Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi
perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan ketrampilan yang bakal mereka
peroleh dari materi pelajaran yang telah mereka terima diarahkan untuk
mengembangkan dirinya seabgai manusia yang etik sesuai dengan system nilai dan
norma-norma yang berlaku dimasyarakatnya.
6.
Materi
pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematis dan logis
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh,
terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topic masalah tertentu. Materi
disusun secara berurutan dengan cara ini diharapkan isi materi tersebut akan
lebih mudah diserap oleh si siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.[5]
7.
Materi
pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan
masyarakat.
Factor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Buku
sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun
berdasarkan GBPP (garis besar program pegajaran) yang berlaku, kendatipun belum
tertulengkap sebagai mana yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab
sumber utama memang adalah guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal yang
dianggapnya perlu untuk disajikan kepada para siswa berdasarkan ukuran
kepribadiannya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, bahkan dapat
dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar. [6]
C.
Identifikasi Satuan Bahasan
a.
Penentuan
satuan bahan pelajaran sebagai landasan bagi satuan pelajaran
Dari beberapa satuan pelajaran yang telah dikembangkan oleh para
guru tampak belum adanya kesamaan pengertian tentang sadar yang digunakan untuk
menetukan bahan untuk dijadikan landasan penulisan satuan pelajaran. Ada
sementara laporan yang menyatakan, bahwa satuan pelajaran didasarkan atas
waktu.
Misalnya ada yang menetapkan bahwa satu
semester dapat dibagi dalam lima satuan waktu, hingga disusunlah lima satuan
pelajaran. Cara bekerja bahwa seperlima dari satuan program semerter bukan
merupakan kebulatan.
Ada
sementara orang yang cenderung menentukan satuan pelajaran dalam satuan waktu
yang lain. Jelas satuan pelajaran bukannya satuan waktu melainkan lebih
ditentukan oleh adanya satuan pengertian atau konsep itu satuan masalah yang
kalau dipelajari oleh para siswa untuk mencapai penguasaan suatu tingkat
pemahaman, pengetahuan atau keterampilan.
Dengan kata lain satuan pelajaran
janganlah semata-mata didasarkan atas satuan waktu melainkan lebih didasarkan
adanya satuan konsep atau pengertian atau masalah yang tercermin dalam satu
atau beberapa pokok bahasan.[7]
b.
Cara
menentukan suatu satuan pelajaran
Setiap penyusun
satuan pelajaran di dalam pelaksanaan Kurikulum 1975 diharapkan melakukan
langkah-langkah berikut:
1)
Mendalami
pokok-pokok bahasan dalam GBPP dan perananya dalam mencapai tujuan-tujuan
kurikulum dan instruksional umum.
2)
Mengkategorikan
bahan-bahan pengajaran dalam satuan-satuan konsep pengertian atau masalah dalam
hal beberapa pokok bahasan bahan-bahan pengajaran saling berkaitan satu sama
lain.
3)
Menetapkan
satuan-satuan konsep dan pengertian atau masalah sebagai satuan bahasa.
4)
Menetapkan
perbandingan peranan antara peranan berbagai satuan bahasan tersebut untuk
menentukan alokasi bagi setiap satuan.[8]
D.
Sumber Materi Pembelajaran
Agar menghasilkan tamatan yang
mempunyai kemampuan utuh di perlukan pengembangan pembelajaran untuk kopetensi
secara sistematis dan terpadu, agar siswa dapat menguasai setiap kompetensi
secara tuntas (masteri learning).
Istilah sumber belajar (learning
resource), orang juga banyak yang telah memanfaatkan sumber belajar, namun
umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar.
Padahal secara tidak terasa apa yang mereka gunakan, orang, dan benda tertentu,
adalah termasuk sumber belajar.
Sumber belajar ditetapkan sebagai
informasi yang di sajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat
membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak
terbatas baik dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau
kombinasi dari berbagai format yang dapat di gunakan oleh siswa atau guru. Dengan
demikian, sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan
sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai
wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.[9]
1.
Tempat
atau lingkungan
Lingkungan
merupakan sumber pelajaran yang sangat kaya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Ada 2 bentuk lingkungan belajar, yakni pertama lingkungan yang sengaja di
desain untuk belajar siswa seperti laboratorium, perpustakaan, dan sebagainya.
Kedua, lingkungan yang tidak di desain untuk proses pembelajaran akan tetapi
keberadaanya dapat di manfaatkan halaman sekolah, taman sekolah, kantin, dan
sebagainya. Kedua bentuk lingkungan ini dapat di manfaatkan oleh setiap guru
karena memang selain memiliki informasi yang sangat kaya untuk mempelajari
system pelajaran, juga dapat secara langsung di jadikan tempat belajar setiap
siswa.
2.
Orang
atau narasumber
Pengetahuan itu tidak statis, akan tetapi bersifat dinamis yang
terus berkembang sangat cepat. Oleh karena perkembangan yang cepat itu,
kadang-kadang apa yang disajikan dalam buku teks tidak sesuai lagi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir. Misalnya peraturan dan undang-undang
baru mengenai sesuatu, penemuan-penemuan baru dalm berbagi ilmu pengetahuan
mutakhir, seperti munculnya berbagai jenis penyakit misalnya flu burung, sapi
gila, dan lain sebagai serta berbagai jenis rekayasa genetik, munculnya berbagi
fenomena alam serta pengaruhnya terhadap gejala-gejala social dan lain
sebagainya, yang kesemuanya itu tidak mungkin dipahami sepenuhnya oleh guru,
maka untuk mempelajari konsep-konsep baru semacam itu guru dapat menggunakan
orang-orang yang lebih menguasai persoalan misalnya dengan mengundang dokter,
polisi, dan lain sebagainya sebagai sumber bahan pelajaran.
3.
Objek
Objek
atau benda yang sebenarnya merupakan sumber informasi yang akan membawa siswa
pada pemahaman yang lebih sempurna tentang sesuatu. Mempelajari bahan pelajaran
dari benda yang sebenarnya bukan hanya dapat menghindari kesalahan persepsi
tentang isi pelajaran, akan tetapi juga dapat membuat pelajaran lebih akurat
disamping motivasi belajar siswa akan lebih baik.
4.
Bahan
cetak dan non cetak
Bahan cetak
(printed material) adalah berbagai informasi sebagai materi pelajaran yang
disimpan dalam berbagai bentuk tercetak seperti buku, majalah, Koran, dan
sebagainya. Sedangkan bahan belajar non cetak adalah informasi sebagai materi
pelajaran, yang disimpan dalam berbagai bentuk alat komunikasi elektronik
misalnya kaset, video, komputer dan lain sebagainya.[10]
E.
Pengemasan Materi Pembelajaran
1.
Prinsip
pengemasan
Materi pelajaran pada hakikatnya adalah pesan-pesan yang ingin kita
sampaikan pada anak didik untuk dikuasai. Pesan adalah informasi yang akan
disampaikan baik berupa ide, data/fakta, konsep dan lain sebagainya,yang dapat
berupa kalimat, tulisan, gambar, peta, ataupun tanda. Pesan bisa disampaikan
melalui bahasa vebal atau nonverbal. Pesan yang disampaikan perlu dipahami oleh
siswa, sebab manakala tidak dipahami maka pesan tidak akan menjadi informasi
yang bermakna.
Agar pesan yang ingin disampaikan bermakna sebagai bahan ajar, maka
ada sejumlah kriteria yang harus diperhatikan diantaranya adalah sebagai
berikut:
a.
Novelty, artinya suatu pesan akan bermakna apabila bersifat baru atau
mutakhir. Pesan yang using atau sebenarnya telah diketahui oleh siswa, maka
akan mempengaruhi tingkat motivasi dan perhatian siswa dalam mempelajari bahan
pelajaran. Dengan demikian, maka setiap guru perlu mengikuti berbagai kemajuan
dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sesuai dengan bidang studi yang
diajarkannya misalnya melalui informasi yang terdapat dalam jurnal, pelacakan
internet dan lain sebagainya.
b.
Proximity, artinya pesan yang disampaikan harus sesuai dengan pengalaman
siswa. Pesan yang jauh dari pengalaman siswa cenderung kurang diperhatikan.
c.
Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian rupa
sehingga menggugah emosi. Memang hal ini tidaklah mudah sebab tidak semua
materi pengajaran bisa di kemas seperti itu. Akan tetapi, seorang perencana
yang baik mestinya berusaha kea rah tersebut.
d.
Humor, artinya pesan yang disampaikan hendaknya dikemas sedemikian rupa
sehingga menimbulkan kesan lucu. Pesan yang dikemas dengan lucu cenderung akan
lebih menarik perhatian.[11]
2.
Bentuk-bentuk
pengemasan
a.
Materi
pelajaran terprogram
Materi
pelajaran terprogram adalah salah satu bentuk penyajian materi pembelajaran
individual, sehingga materi pelajaran dikemas untuk dapat di pelajari secara
mandiri. Terdapat beberapa ciri dari materi terprogram ini.
1)
Materi
pelajaran disajikan dalam bentuk unit atau bagian terkecil
Dari
seluruh materi pelajaranyang harus dikuasai, materi itu dibagi dalam
bagian-bagian terkecil. Siswa mempelajari bagian tersebut secara bertahap dari
mulai bagian awal sampai bagian akhir.
2)
Menuntut
aktivitas siswa
Artinya
dalam mempelajari materi pelajaran siswa tidak mengandalkan orang lain akan
tetapi terlibat dalam proses belajar itu sendiri.
3)
Mengetahui
dengan segera setiap selesai mempelajari materi pelajaran
Dalam
pengemasan materi terprogram siswa siswa dapat segera mengetahui
keberhasilannya. Oleh sebab itu, setelah mempelajari bagian tertentu diberikan
items tes yang berfungsi sebagai kontrol terhadap pemahaman materi yang telah
disampaikan.[12]
b.
Pengemasan
materi pelajaran melalui modul
Modul adalah satu
kesatuan program yang lengkap, sehingga dapat dipelajari oleh siswa secara
individual, sebagai bahan pelajaran yang bersifat mandiri, maka materi
pelajaran dikemas sedemikian rupa sehingga melalui modul siswa dapat belajar
secara mandiri, tempat dan hal-hal lain diluar dirinya sendiri. Seperti halnya
dalam pelajaran terprogram, melalui modul siswa dapat belajar sesuai dengan
kecepatannya masing-masing.
Dalam
sebuah modul minimal berisi tentang:
1)
Tujuan
yang harus dicapai
2)
Petunjuk
penggunaan
3)
Kegiatan
belajar
4)
Rangkuman
materi
5)
Tugas
dan latihan
6)
Sumber
bacaan
7)
Item-item
tes
8)
Kriteria
keberhasilan
9)
Kunci
jawaban[13]
c.
Pengemasan
materi pelajaran kompilasi
Kompilasi
adalah bahan belajar yang disusun dengan mengambil bagian-bagian yang dianggap
perlu dari berbagai sumber belajar dan menggabungkannya menjadi satu kesatuan
untuk dipelajari siswa. Sumber belajar yang menjadi bahan kompilasi biasanya
berasal dari buku-buku teks yang dianggap langka sehingga sulit didapatkan oleh
siswa. Manfaat yang bisa diambil dari pengemasan materi pelajaran kompilasi,
diantaranya adalah siswa dapat belajar secara utuh dari bahan-bahan yang
diperlukan sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Agar materi pelajaran
dapat disajikan secara sistematis, maka penyusunannya dapat mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
1)
Tentukan
tujuan yang harus dicapai oleh pengemasan materi pelajaran melalui system
kompilasi
2)
Kemukakan
secara ringkas tentang bahan-bahan yang dikompilasikan
3)
Jelaskan
petunjuk-petunjuk dalam mempelajari bahan kompilasi
4)
Buatlah
alat tes untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mempelajari kompilasi
5)
Antara
satu bahan yang diambil dari satu sumber dan sumber lainnya, diberi penyekat.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Materi pelajaran pada hakikatnya
bisa berupa fakta, konsep, prosedur, prinsip dan keterampilan. Untuk memudahkan
pemahaman kita tentang jenis materi pelajaran, maka anda dapat mengikuti flow
chart tersebut.
Kriteria pemilihan materi pelajaran
yang akan dikembangkan dalam system instruksional dan yang mendasari penentuan
strategi belajar mengajar: Kriteria tujuan instruksional, Materi pelajaran
supaya terjabar, Relevan dengan kebutuhan siswa, Kesesuaian dengan kondisi
masyarakat, Materi pelajaran mengandung segi-segi etik, dan sebagainya.
Identifikasi satuan bahasan
meliputi: Penentuan satuan bahan pelajaran sebagai landasan bagi satuan
pelajaran, dan Cara menentukan suatu satuan pelajaran, salah satunya Menetapkan
satuan-satuan konsep dan pengertian atau masalah sebagai satuan bahasa.
Istilah sumber belajar (learning
resource), orang juga banyak yang telah memanfaatkan sumber belajar, namun
umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar.
Padahal secara tidak terasa apa yang mereka gunakan, orang, dan benda tertentu,
adalah termasuk sumber belajar.
Materi pelajaran pada hakikatnya
adalah pesan-pesan yang ingin kita sampaikan pada anak didik untuk dikuasai.
Agar pesan yang ingin disampaikan bermakna sebagai bahan ajar, maka ada
sejumlah kriteria yang harus diperhatikan diantaranya: novelty, proximity,
conflict, dan humor.
B.
Saran
Demikian makalah yang penulis sampaikan. Dengan
harapan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran
sangat diperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa mengambil
hikmahnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Harjanto. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2010
Majid, Abdul. Perencanaan
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013
Merril.
Criteria For Planning The Cpllege And University Learning Resources Center.
California: Univercity of Southem California. 1997
Sanjaya, Wina. Perencanaan Dan Desain System Pembelajaran.
Jakarta: Predana Media Grup. 2008
Taba, Hilda. Curiculum
Development. New York: Macmilan Publishing. 1962
[1] Wina sanjaya, perencanaan
dan desain system pembelajaran. Jakarta: predana media grup. 2008. 144
[2] Wina sanjaya, perencanaan
dan desain system pembelajaran. Jakarta: predana media grup. 2008. 144-145
[3] Wina sanjaya, perencanaan
dan desain system pembelajaran. Jakarta: Predana Media Grup. 2008. 145
[4] Harjanto, perencanaan
pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. 223-224
[5] Harjanto, perencanaan
pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. 224
[6] Harjanto, perencanaan
pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. 224
[7] Ibid, 225
[8] Harjanto, perencanaan
pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. 224
[9] Abdul majid, perencanaan
pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013. 170
[10] Abdul majid, perencanaan
pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013. 171
[11] Wina sanjaya, perencanaan
dan desain system pembelajaran. Jakarta: predana media grup. 2008. 150
[12] Wina sanjaya, perencanaan
dan desain system pembelajaran. Jakarta: predana media grup. 2008. 153
[13] Ibid, 155-156
[14] Wina sanjaya, perencanaan
dan desain system pembelajaran. Jakarta: predana media grup. 2008. 157
Komentar
Posting Komentar